ARTICLE AD BOX
Program ini bertujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan kepada kelompok rentan, mengurangi angka kasus dengue serta menjadi model bagi pelaksanaan program serupa di masa depan.
Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Kabupaten Gianyar Dra Ni Nyoman Ariyuni MAP mengatakan kasus DBD pernah memuncak di Kelurahan Bitera pada tahun 2024 lalu. "Ada 120 kasus tahun lalu, tertinggi se Kecamatan Gianyar. Tahun ini lebih terkendali, tercatat hanya 1 kasus di bulan Februari," jelasnya di sela vaksinasi DBD di SDN 1 Bitera, Jumat (7/3). Sasaran 500 anak akan dituntaskan hingga Sabtu (8/3) ini.

Para siswa menunggu giliran disuntik vaksin DBD. –NOVI
Dari 5 SD yang ada di Desa Bitera, masing-masing sekolah difasilitasi sebanyak 100 anak. Vaksin jenis Qdenga® diberikan dengan interval 3 bulan. Efektivitas vaksin ini diperkirakan berlaku selama 5 tahun. Sebelum disuntikkan pada anak-anak, digelar sosialisasi terlebih dahulu kepada orangtua anak, pengisian formulir persetujuan serta observasi medis oleh dokter spesialis anak sebelum dan sesudah vaksinasi.
Sementara secara umum, kasus DBD di Gianyar memang memuncak di tahun 2024 lalu. "Gambaran kasus di 2024, lumayan di angka 4.476 kasus, 5 meninggal dunia," ujarnya. Sementara di awal tahun 2025 ini tercatat sudah terjadi 485 kasus, nihil meninggal dunia. Ariyuni mengatakan, vaksinasi DBD ini merupakan CSR dari Yayasan Westerlaken Alliance Indonesia. Setiap dosisnya diperkirakan bernilai Rp 600.000-an.
Selain vaksinasi, upaya pencegahan wabah DBD sejatinya bisa dilakukan sejak dini mulai dari rumah dan lingkungan sekitar. Di antaranya dengan penerapan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). "Masyarakat harus menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Dari petugas Puskesmas kami tentu tak bosan akan memberikan edukasi, tapi yang terpenting adalah PSN di rumah sendiri," paparnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah (Kasek) SDN 1 Bitera Ni Nyoman Baktiari menyambut antusias dipilihnya anak-anak didiknya sebagai sasaran vaksinasi DBD. "Semoga vaksinasi ini terus berlanjut, sehingga keseluruhan siswa kami bisa tercover. Mengingat kuota yang diberikan saat ini, 100 per sekolah," ujarnya. Sebagai antisipasi pencegahan, para siswa sudah dibiasakan melakukan kegiatan Jumat Sehat di lingkungan sekolah.
"Sampah kita pilah setiap hari, khusus di hari Jumat kita lakukan penyisiran sampah di selokan-selokan dan tempat-tempat tersembunyi. Kalau ada genangan air, kita tuangkan," jelasnya. Partnership Manager PT Takeda Innovative Medicines, Ariane Susanti selaku penyedia mengatakan program vaksinasi DBD di Gianyar ini menjadi gelaran pertama di Bali. "Di Bali ini pertama kali. Sebelumnya kita menyediakan untuk program vaksinasi di Balikpapan, Samarinda dan Jakarta," jelasnya. Diakui vaksinasi DBD ini memang belum begitu gencar dilakukan, salah satu faktornya adalah harga vaksin buatan Jerman ini yang relatif mahal. "Di Bitera ini vaksinasi didukung oleh CSR yayasan, kalau di kota Balikpapan, Samarinda dan Jakarta itu sudah menggunakan APBD," terangnya.7 nvi