ARTICLE AD BOX
Bazar diselenggarakan di Banjar Balun mulai pukul 12.00 WITA hingga selesai. Ketua panitia sekaligus penggagas kegiatan, Komang Tri Darma Sandhi Yudha, menjelaskan bahwa inisiatif bazar ini diambil sebagai bentuk inovasi dan pelestarian budaya mepatung, tradisi membagikan daging babi menjelang hari raya.
“Di tengah perkembangan zaman, budaya mepatung mulai terlupakan, apalagi di wilayah kota seperti Denpasar. Maka kami ingin membangkitkan kembali tradisi ini melalui bazar yang juga bisa menjadi sumber kreativitas dan pemasukan ST,” ujar Komang Tri saat ditemui di lokasi kegiatan.
Bazar Inovatif dengan Kupon Mepatung
Berbeda dari kegiatan penggalangan dana ST pada umumnya yang berbentuk bazar makanan siap saji atau lomba, bazar kali ini menawarkan kupon pembelian daging babi seharga Rp225.000. Total sebanyak 500 kupon dicetak, dan dalam pelaksanaan perdananya berhasil terjual 100 kupon.
Setiap kupon ditukar dengan paket lengkap berisi 2 kilogram daging babi, yang terdiri atas potongan daging, balung (tulang), kulit, dan bagian lain yang biasa digunakan dalam pembuatan lawar. Komang Tri menegaskan bahwa konsep ini dirancang agar masyarakat tak hanya membeli daging, tapi juga mendapatkan bahan siap olah untuk menyambut hari raya.
“Biasanya kalau beli di pasar, masyarakat hanya dapat dagingnya saja. Kami ingin memberikan lebih, sekaligus memperkenalkan nilai-nilai kebersamaan dalam berbagi menjelang Galungan,” imbuhnya.
Daging yang dibagikan diperoleh langsung dari peternak lokal, yakni dua ekor babi berukuran besar dan sedang. Meski menghadapi tantangan kenaikan harga daging di pasar, panitia tetap berusaha menekan harga agar tetap terjangkau bagi masyarakat.
Dorongan Lestarikan Tradisi
Kegiatan ini mendapat antusiasme dari warga setempat, yang menyambut baik pelestarian budaya mepatung dalam format modern. Komang Tri berharap kegiatan ini bisa berlanjut di tahun-tahun mendatang dan dikemas dengan lebih matang.
“Ke depannya, kami ingin memperluas jangkauan kegiatan, menambah hari pelaksanaan, serta mempertimbangkan waktu agar tidak berbarengan dengan persiapan Penampahan Galungan,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa ST akan terus mengembangkan konsep kegiatan sosial dan budaya yang tidak hanya relevan dengan zaman tetapi juga tetap berpijak pada kearifan lokal Bali. *m03