ST Dwi Tunggal Asrama Hadirkan Ogoh-Ogoh Bertajuk Siklus Kehidupan di Gianyar

14 hours ago 2
ARTICLE AD BOX
Anggota ST Dwi Tunggal Asrama, I Kadek Budiarta atau akrab disapa Dek Adi, menjelaskan bahwa proses pengerjaan Ogoh-Ogoh telah dimulai sejak pertengahan Januari 2025. Namun, setelah mendapat berbagai masukan dari rekan-rekan ST, pihaknya memutuskan untuk membongkar dan mengulang pembuatan Ogoh-Ogoh pada akhir Januari. Awalnya hanya menampilkan satu tokoh, namun kini berkembang menjadi lima karakter dengan tambahan unsur pendukung yang memperkuat konsep.

"Tahun ini, kami mengangkat konsep tentang kehidupan yang terjadi pada ibu rumah tangga. Kami ingin menggambarkan fenomena yang sering terjadi, seperti wanita hamil yang rawan keguguran, menjadi incaran makhluk halus, atau pasangan yang telah lama menikah namun belum dikaruniai keturunan," ujar Dek Adi.

Dalam visualisasi Ogoh-Ogoh, terdapat sosok wanita dengan perut bolong sebagai simbol dari permasalahan tersebut, ditambah karakter para leluhur yang digambarkan sedang berinkarnasi atau lahir kembali. Konsep ini diharapkan mampu memberikan makna mendalam dalam perayaan Nyepi tahun ini.

Terkait fenomena penggunaan sound system dalam pengarakan Ogoh-Ogoh, ST Dwi Tunggal Asrama dengan tegas menolak. "Sebagai warga Gianyar yang dikenal sebagai kabupaten seni, kami sangat menolak penggunaan sound system dalam pengerupukan. Masih banyak cara lain yang lebih mencerminkan budaya dan nilai seni ketimbang menggantikan gamelan dengan sound system," tegasnya.

Setelah sempat vakum pada 2024 karena bertepatan dengan rentetan hari raya dan pemilu, lomba Ogoh-Ogoh tingkat Kabupaten Gianyar kembali digelar tahun ini. ST Dwi Tunggal Asrama menyambut baik ajang ini dan berharap bisa menjadi agenda tahunan. "Astungkara, dengan adanya lomba ini, Gianyar kembali mengukuhkan diri sebagai kota seni. Kami harap kompetisi ini bisa terus berlanjut di tahun-tahun mendatang dan menjadi ajang yang mengangkat ciri khas budaya masing-masing daerah," tambahnya.

Dek Adi juga menyoroti kejadian pembakaran dan perusakan Ogoh-Ogoh yang sempat terjadi belakangan ini. Ia berharap insiden serupa tidak terulang dan semua pihak bisa menjaga nilai-nilai kebersamaan dalam perayaan Nyepi.

Saat ini, pengerjaan Ogoh-Ogoh dikerjakan dengan sistem gerak cepat agar bisa selesai tepat waktu tanpa mengurangi kualitas. Dari estimasi anggaran Rp 25 juta, hingga kini sudah terealisasi Rp 9 juta untuk material dan proses pengerjaan. ST Dwi Tunggal Asrama pun optimistis bisa memberikan hasil maksimal dalam lomba Ogoh-Ogoh tahun ini. *m03

Read Entire Article