ARTICLE AD BOX
Anggota ST Kembang Cendana, Agus Eka atau yang akrab disapa Balon, mengungkapkan bahwa proses pengerjaan Ogoh-Ogoh telah dimulai sejak awal Januari 2025. "Kami terinspirasi dari berbagai isu yang ada di masyarakat. Dengan menghadirkan sosok raksasa besar, kami ingin menyampaikan pesan budaya melalui seni yang kami ciptakan," ujarnya.
Berbeda dengan kelompok lain yang memiliki estimasi anggaran, ST Kembang Cendana tidak membatasi biaya dalam berkarya. "Kami tidak pernah mematok berapa anggaran yang akan dihabiskan. Bagi kami, seni dan kreativitas itu tanpa batas," tambahnya.
Terkait fenomena penggunaan sound system dalam pengarakan Ogoh-Ogoh, ST Kembang Cendana juga menyoroti dampaknya terhadap tatanan budaya. "Kami melihat hal ini cukup merusak nilai seni dan tradisi. Namun, kami juga memahami bahwa ada beberapa sekeha teruna yang tidak memiliki gamelan beleganjur sebagai pengiring," jelas Balon. Ia berharap perayaan Tahun Baru Caka 1947 bisa kembali lestari setelah sempat terhenti akibat pandemi COVID-19 pada 2020–2021.
Selain itu, pihaknya juga menyayangkan maraknya kasus pembakaran dan perusakan Ogoh-Ogoh, termasuk pencurian bahan yang terjadi di beberapa tempat. "Kejadian seperti ini sudah di luar nalar. Banyak ST yang terhambat dalam berkarya akibat insiden ini, bahkan dana yang telah dikeluarkan menjadi sia-sia," katanya.
Meski tahun ini Kabupaten Gianyar menggelar lomba Ogoh-Ogoh tingkat kabupaten, ST Kembang Cendana memilih untuk tidak berpartisipasi karena beberapa kendala. Namun, mereka tetap berkomitmen menghadirkan karya terbaik untuk memeriahkan malam pengerupukan. "Walaupun tidak ikut lomba, kami tetap berkarya sebagaimana mestinya demi menjaga tradisi dan merayakan Tahun Baru Caka 1947 dengan penuh semangat," tutupnya. *m03