Yowana NTB Siapkan Ogoh-Ogoh Bernuansa Filosofis Hindu

6 hours ago 1
ARTICLE AD BOX
Tahun ini, STT Purnama Dharma mengusung tema Bedawang Pamelastali Awidya yang divisualisasikan dalam tiga karakter utama, yaitu Watugunung, Bedawang, dan Dewa Wisnu. Ketua STT Purnama Dharma, I Made Astha Padma Wethan alias Dede Astha (27), mengatakan bahwa ogoh-ogoh tersebut mulai dikerjakan sejak 6 Desember 2024 dan ditargetkan rampung sebelum pangerupukan.

“Tema ini kami pilih karena mengandung makna mendalam tentang ketidaktahuan dan proses menuju keseimbangan. Kami ingin generasi muda memahami filosofi di balik simbol ogoh-ogoh, bukan sekadar bentuk fisik,” ujarnya.

Astha mengungkapkan, pihaknya menganggarkan dana sekitar Rp10 juta untuk pembuatan ogoh-ogoh tahun ini. Selain menyiapkan karya seni, STT Purnama Dharma juga berencana mengikuti lomba ogoh-ogoh tingkat Kota Mataram.

Di tengah tren penggunaan sound system berdaya besar saat pengerupukan, STT Purnama Dharma justru mengambil sikap tegas menolak. Mereka menilai penggunaan sound system berlebihan tidak hanya mengganggu kenyamanan masyarakat, tetapi juga bertentangan dengan nilai-nilai dalam sastra agama Hindu.

“Penggunaan sound system bisa mengaburkan makna budaya ogoh-ogoh. Ini bukan konser musik. Kami lebih menekankan pada nilai seni dan spiritualitas,” tegas Astha.

Tahun ini, pihaknya juga kembali menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan, seperti ulatan bambu dan kertas daur ulang, sebagai bentuk kepedulian terhadap alam. “Sudah 10 tahun kami kembali ke konsep ogoh-ogoh tradisional. Ini sekaligus melatih keterampilan mengulat yang mulai ditinggalkan,” tambahnya.

STT Purnama Dharma sebelumnya sempat vakum pada 2024 karena bertepatan dengan odalan gede di banjar mereka. Namun tahun ini, antusiasme kembali bangkit. “Kami ingin menampilkan karya terbaik. Apalagi Nyepi kali ini berdekatan dengan Idul Fitri, jadi kami juga berharap suasana toleransi tetap terjaga,” katanya.

Sebagai bentuk antisipasi keamanan selama proses pembuatan hingga pengarakan ogoh-ogoh, STT juga berencana memasang CCTV dan menjadwalkan ronda rutin antar pemuda banjar.

“Kami belajar dari berbagai insiden di Bali, termasuk kasus pembakaran ogoh-ogoh. Maka penting menjaga keamanan dan kerukunan. Ogoh-ogoh bukan untuk memecah, tapi justru menyatukan,” tutupnya. *m03
Read Entire Article